Rumah Tanpa Jendela

22 February 2011 § Leave a comment

Kita mungkin sudah banyak menyimak kisah tentang orang-orang terpinggirkan yang kita lihat di televisi dan film dalam potret yang muram. Namun film musikal ‘Rumah Tanpa Jendela’ mencoba memotret fenomena sosial ini dengan cara yang berbeda. Cerita dikemas dalam keceriaan khas dunia anak-anak yang penuh warna-warni namun tetap menyentuh hati para penonton yang menyaksikannya.

Film yang diadopsi dari cerpen Jendela Rara karya Asma Nadia ini dibesut apik oleh sutradara Aditya Gumay. Mengusung tentang nilai kedekatan antar keluarga, persahabatan antara si kaya dan si miskin, kepedulian terhadap sesama dan sikap mau berbagi kepada mereka yang kurang beruntung serta bagaimana mensyukuri rahmat yang di berikan Tuhan pada kita, sekecil apa pun itu.

Ceritanya, adalah Rara, gadis kecil berusia 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks dan seng bekas di sebuah gang sumpek dalam perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal.

Neneknya yang sakit-sakitan dan Bapaknya Raga yang bekerja serabutan, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Tapi Rara terus merajut mimpinya, melalui imajinasi dan gambar-gambar rumah berjendela sederhana yang ia buat. Ia pun rajin menabung dari hasil mengamen dan ojek payung jika hari sedang hujan.

Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta, adalah Aldo anak lelaki yang menderita down syndrome berusia 10 tahun merindukan seorang teman ditengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri dan Nyonya Ratna. Kakak tertua Aldo, Adam, adalah seorang vokalis sekaligus pemimpin di group bandnya. Sedangkan kakak keduanya Andini, seorang gadis cantik berusia 17 tahun yang agak malu memiliki adik seperti Aldo.

Kehadiran Nek Aisyah yang baru datang dari Medan dan kini menetap dirumah keluarga Pak Syahri, menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.

Dalam suatu pristiwa di sanggar lukis, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobilnya. Sejak itu mereka menjadi akrab, bahkan Rara dan beberapa anak pemulung lainnya jadi sering bermain ke rumah Aldo. Walau Nyonya Ratna dan Andini agak terganggu dengan kehadiran teman-teman baru Aldo tersebut, namun karena Pak Syahri mengizinkan mereka tak bisa melarang Aldo.

Suatu hari Andini merayakan ultahnya di gedung, ia mendapat kejutan berupa pertunjukan tari dan nyanyi dari Aldo, Nek Aisyah, Rara serta teman-teman pemulungnya. Namun bukannya senang, Andini marah besar karena ia merasa Aldo telah mempermalukannya di depan umum. Andini tidak suka karena sekarang semua orang jadi tahu kalau ia punya adik yang cacat!

Sementara saat itu di perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran yang mengakibatkan hidup Rara berubah.

Apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana persahabatannya dengan Aldo? Apakah Rara dapat mewujudkan mimpi memiliki jendela di rumahnya? Berbagai peristiwa yang mengejutkan dan menyentuh bergulir bersama kisah hidup Rara & Aldo.

Ditengah hengkangnya film Hollywood dari bioskop Indonesia, film ini bisa menjadi pilihan utama bagi keluarga Anda. Saksikan di bisokop kesayangan mulai 24 Pebruari 2011, dan mari beramal untuk sesama, karena 100% hasil bersih dari penjualan ticket akan didonasikan melalui koordinasi Dompet Dhuafa, Komnas Perlindungan Anak Indonesia, Unicef, Yayasan Mutiara Indonesia, dan Rumah Baca Asma Nadia. Selamat menikmati dan berbagi!

Tagged: , , , , , ,

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Rumah Tanpa Jendela at Sharing Knowledge as Freedom.

meta